Rebus saja
Demikian saran para herbalis bila kita hendak mengonsumsi kelor sebagai terapi pengobatan. Musababnya cara itu praktis sehingga mudah dilakukan pasien. Soal khasiat, tetap terjaga. Menurut ahli farmasi Sekolah Farmasi Institut Teknologi Bandung (ITB), Prof Dr Elin Yulinah Sukandar, perebusan salah satu teknik ekstraksi bahan aktif dengan menggunakan air sebagai pelarut. Untuk mendapatkan hasil maksimal perbandingan volume air dan bahan biasanya 3:1.
Prakteknya komposisi kerap kali berbeda tergantung kebutuhan dan kondisi pasien. Herbalis di Bekasi, Jawa Barat, Rubiyanto, menyarankan untuk merebus 3 - 5 tangkai daun kelor atau setara 10 - 15 g dalam 3 gelas air hingga mendidih dan tersisa 1,5 gelas. Herbalis lain menyarankan untuk merebus air terlebih dahulu hingga mendidih, baru memasukkan daun kelor dan merebusnya selama 5 menit.
Tiga kali
Lalu, mana yang lebih baik? Menurut Prof Dr Sumali Wiryowidagdo Apt, ahli farmasi dari Universitas Indonesia, berdasarkan standar farmasi terdapat 2 teknik perebusan: infundasi dan dekoktasi. Pada proses pertama simplisia direbus bersama air hingga mendidih, lalu lanjutkan pendidihan hingga 15 menit. Sementara dekoktasi, pendidihan diteruskan selama 30 - 60 menit. Infundasi biasanya dipakai untuk perebusan simplisia lunak, seperti daun. Sementara dekoktasi untuk perebusan simplisia keras seperti rimpang.
Elin menuturkan, untuk memperoleh khasiat maksimal perebusan sebaiknya dilakukan berulang, maksimal 3 kali pengulangan. Artinya, setelah herbal direbus, diamkan hingga dingin, lalu saring. Setelah itu sisa rebusan kembali ditambahkan air, lalu direbus lagi. Begitu seterusnya. “Tujuannya agar senyawa yang terkandung dalam bahan herbal seluruhnya larut dalam air,” kata Elin. Tiga kali hasil rebusan itu dicampur, baru dikonsumsi.
Yang perlu diperhatikan saat merebus daun kelor adalah pemakaian wadah. Sebaiknya gunakan wadah berbahan tanah liat atau kaca tahan panas. Kedua wadah itu tidak bereaksi dengan herbal saat perebusan. Hindari penggunaan wadah logam. Perebusan dengan alat logam menyebabkan reaksi antara logam dengan zat terkandung di dalam herbal.
Daun kelor direbus dalam bentuk segar atau kering. Dengan dikeringkan daun moringa lebih tahan simpan. Dengan begitu pasien tak perlu setiap hari memetik daun kelor segar yang jumlah tanamannya kian sedikit. Toh khasiatnya sama saja. Menurut dr Sidi Aritjahja, dokter dan herbalis di Yogyakarta, kandungan senyawa aktif pada simplisia sama dengan daun segar. Perbedaannya hanya karena simplisia kehilangan kadar airnya.
Pengeringan sebaiknya menggunakan oven dengan suhu maksimum 60oC. Lebih dari itu, menurut Sumali, enzim penting yang terdapat dalam herbal rusak. Cara lain dikeringanginkan dalam ruang berpendingin yang berkelembapan rendah. Pengeringan dalam ruangan itu lebih steril.
Lama pengeringan tergantung jenis bahan herbal. Jika diremas daun hancur menjadi remah, pertanda daun sudah kering. Herbalis di Tangerang Selatan, Banten, Ir Lukas Tersono Adi, menyarankan daun kelor yang sudah kering dimasukkan ke dalam wadah kedap udara agar tidak lembap. “Disimpan dalam kulkas juga boleh, asalkan dibungkus alumunium foil agar tidak basah,” kata Lukas.
Agar lebih praktis beberapa herbalis memproduksi daun kelor dalam bentuk serbuk kasar dalam kemasan serupa teh celup. Itulah yang dilakukan Gatot Santosa dan Muslihudin dari CV Plantamor, Malang, Jawa Timur. Daun kelor dikeringkan, lalu dihancurkan hingga berbentuk serbuk kasar. Gatot lalu mengemasnya dalam aluminium foil dan kantong seperti pada teh celup. “Pasien cukup menyeduh teh kelor dengan air mendidih,” kata pemilik Kampoeng Herba itu.
Paling praktis
Pengolahan lain berupa bubuk hasil ekstraksi yang dikemas dalam kapsul. Sebutir kapsul setara dengan air seduhan 3 - 5 tangkai daun. Sayangnya teknologi ekstraksi rumit dan mahal. Menurut Elin, dalam ekstraksi biasanya menggunakan air atau alkohol sebagai pelarut. Ekstrak yang dihasilkan dikeringkan hingga berbentuk serbuk, lalu dimasukkan ke dalam wadah kapsul. Pengeringan hasil ekstraksi air menggunakan teknologi freeze drying atau pengeringan beku. Sedangkan hasil ekstrak alkohol dikeringkan dengan teknologi vacuum evaporator. “Teknik pengeringannya itu yang mahal,” ujar Elin.
Karena membutuhkan biaya tinggi, beberapa herbalis mengambil jalan pintas dengan hanya mengeringkan daun, lalu menumbuknya hingga halus. Serbuk itu dimasukkan ke dalam kapsul. Elin menuturkan tubuh butuh waktu lebih lama untuk mencerna kapsul serbuk dibanding kapsul ekstraksi. Jumlah senyawa aktif yang terkandung di dalamnya juga lebih sedikit karena masih bercampur dengan biomasa. Karena itu sekali konsumsi mesti dalam jumlah banyak. Itulah sebabnya Elin menyebut merebus saja sudah cukup untuk mendapatkan khasiat kelor. (Imam Wiguna/Peliput: Desi Sayidati Rahimah, Susirani K, dan Tri Istianingsih)
Sumber: Trubus 501 - Agustus 2011/XLII
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silakan mengisi pesan, komentar atau saran anda :-)