Jumat, 12 Agustus 2011

Kilor Kontrol Kolesterol

Linu terutama di kaki akibat kadar kolesterol tinggi pertama kali dirasakan Indah saat hamil 4 tahun silam. Ketika itu angka kolesterol totalnya 250 mg/dl. Kolesterol total merupakan jumlah kadar low density lipoprotein (LDL), high density lipoprotein (HDL), dan komponen lemak lain dalam darah.

Kolesterol sejatinya dibutuhkan tubuh untuk pembentukan membran sel dan hormon. Namun jika kadarnya di atas normal justru berdampak negatif. Kelebihan kolesterol memicu penyakit-penyakit kardiovaskuler, misalnya hipertensi dan penyakit jantung koroner.

Jika kolesterol tinggi sudah menyerang, perawat di Rumah Sakit Umum Situbondo itu susah beraktivitas karena merasa cepat letih dan linu di sekujur kaki. Oleh dokter kandungan ia diberi obat penurun kadar lemak. Selama mengonsumsi obat, keluhan hilang. Menurut dr Zainal Gani, dokter sekaligus herbalis di Malang, Jawa Timur, biasanya dokter memberikan tablet kalsium atorvastatin yang berperan menghambat enzim yang mengkatalis proses biosintesis kolesterol.


Risiko jantung
Malangnya selepas melahirkan, linu karena kolesterol tinggi kerap kembali menghampiri. Menurut dr Zainal Gani, jika seseorang sudah mengidap kolesterol tinggi, ada risiko kadar kolesterol naik kembali. Kolesterol ibarat musuh yang diam-diam selalu mengintai. Untuk menekannya dibutuhkan kemauan mengatur pola makan dan rajin berolahraga.

Itulah yang Indah rasakan pada pertengahan 2010. Selama seharian kakinya terasa linu padahal ia tidak melakukan pekerjaan berat atau habis berjalan jauh. Menduga kadar kolesterolnya kembali melambung, kelahiran 29 tahun silam itu memeriksakan diri ke dokter. Hasil pemeriksaan menunjukkan angka total kolesterol mencapai 265 mg/dl. Kadar kolesterol normal di bawah 200 mg/dl.

Tingginya kadar kolesterol dapat dipicu pola makan tinggi kolesterol misalnya konsumsi makanan cepat saji, gorengan, maupun stres. Saat stres tubuh melepaskan hormon adrenalin dan kortisol. Kedua hormon itu memicu produksi kolesterol. Kolesterol berlebih dapat menyumbat arteri dan menyebabkan serangan jantung atau stroke.

Melihat kadar kolesterol di atas normal, ibu satu anak itu memutuskan untuk melakukan diet ketat. Alumnus Universitas Brawijaya, Malang, itu menghindari makanan tinggi kolesterol dan memperbanyak konsumsi sayuran dan buah. Sembari itu ia mengonsumsi kapsul ekstrak daun kelor tiga kali sehari sesuai anjuran sang paman. ”Pakde mengetahui khasiat kelor dari internet. Salah satunya untuk menurunkan kadar kolesterol,” ujarnya. Setiap kapsul berisi 300 mg ekstrak itu diminum satu jam sebelum sarapan dan makan siang. Sebelum makan malam, dua kapsul. Sebulan menjalani terapi dan diet ketat angka kolesterolnya turun menjadi 160 mg/dl.

Agen hipokolesterolemik
Peran kilor - sebutan di Lampung - menurunkan kolesterol sejalan dengan penelitian Aznin Ara dan tim dari Department of Pharmacy, Faculty of Science, University of Rajshahi, serta Department of Pharmaceutical Chemistry, Faculty of Pharmacy, University of Dhaka, Bangladesh. Mereka membuktikan ekstrak daun kelor memiliki efek sebanding atenolol - obat hipertensi dan penyakit kardiovaskuler - dalam menurunkan kadar lemak dalam darah tikus. Selain itu kadar gula darah, serta bobot badan tikus percobaan ikut turun.

Hal serupa ditunjukkan pada penelitian T S Olughemi dan peneliti dari Department of Animal Science and Production, Sokoine University of Agriculture, Morogoro, Tanzania. Pemberian ransum mengandung 5% dan 10% ekstrak daun kelor, menurunkan kadar serum kolesterol ayam percobaan masing-masing 19,8% dan 22%. Kadar kolesterol kuning telur yang dihasilkan pun turun masing-masing 7,45% dan 12,1%.

Efek penurunan kadar kolesterol juga ditunjukkan pada penggunaan buah kelor seperti dipaparkan pada penelitian K Mehta dan tim Department of Pharmacy, Faculty of Technology and Engineering, The M.S. University of Baroda, Kalabhavan, Gujarat, India. Kadar serum kolesterol, lemak dalam hati, jantung, dan aorta pada kelinci yang diberi asupan buah kelor 200 mg/kg bobot badan/hari terbukti turun. Namun, kadar lemak serupa pada kelinci normal tidak mengalami penurunan berarti.

Uji klinis oleh Vanisha S Nambiar dan tim dari Department of Foods and Nutrition, A WHO Collaborating Center for Health Promotion serta Department of Botany, The Maharaja SayajiRao University of Baroda, India, pada 2009 memperkuat peran kelor sebagai agen hipokolesterolemik - penurun kolesterol.

Mereka memberi 8 tablet daun kelor setara 4,6 g serbuk daun kelor per hari kepada 20 pasien hiperlipidemia selama 50 hari. Sementara 20 pasien lain tidak diberi daun kelor dan diperlakukan sebagai kontrol. Hasilnya, kadar kolesterol total pada pasien yang mengonsumsi tablet daun kelor turun rata-rata 3,14 mg/dl sementara pada kelompok kontrol hanya 1,65 mg/dl.

Mekanisme menurunnya kadar kolesterol itu diduga melalui peran β-sitosterol, senyawa bioaktif yang terkandung dalam kelor dan beberapa tumbuhan lain termasuk jintan hitam. Senyawa β-sitosterol memiliki struktur seperti kolesterol, tapi justru bekerja menghambat penyerapan kolesterol di usus. Akibatnya konsentrasi low density lipoprotein LDL - kolesterol “jahat” - dan serum total kolesterol dalam darah turun. Sebaliknya, kadar high density lipoprotein HDL - kolesterol ”baik” - justru meningkat.

Kini, setahun berselang sejak kejadian terakhir, Indah masih rutin mengonsumsi kapsul kelor. Namun, dosisnya dikurangi hingga menjadi 3 kapsul per hari, masing-masing 1 kapsul tiap kali minum. ”Alhamdulillah, kadar kolesterol saya masih tetap berada di level aman,” ujarnya. (Tri Susanti/ Peliput: Pranawita Karina)

Sumber: Trubus 501 - Agustus 2011/XLII

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silakan mengisi pesan, komentar atau saran anda :-)